Akhir akhir ini gw baca artikel tentang gaya hidup orang Jakarta yang penuh dengan "gaya", entah gaya karena memang pribadi-nya yang fashion dan branded atau memang hanya ikut ikutan -_- well terlepas dari itu semua mostly orang Jakarta selalu kemakan Gengsi (gengsi karena lingkungan yang menuntut trend) gengsi karena ingin dianggap oleh lingkungan sebagai orang "kaya", gengsi karena dianggap 'oke' gengsi karena dianggap sukses dan gengsi karena de el el.
Sebenernya kebanyakkan warga Jakarta adalah kelas menengah artinya punya hidup mapan (rumah,mobil dan bisa jalan jalan ke luar negri,bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari alias survive) tapiiii mereka pun punya kredit alias hutang, kredit atas KPR atau kredit mobil bahkan liburan ke luar negri mengandalkan KTA (kredit tanpa agunan) semua itu dijalankan atas dasar "Gaya" atau "Gengsi" ? mungkin rumah atau mobil adalah kebutuhan yaa bukan keinginan seperti hura hura jalan ke luar negri atau shopping great sale misalnya.
Banyak juga orang menghabiskan gaji (pendapatan mereka) hanya dalam 2 minggu didepan saja, setelahnya mereka menggunakan kartu kredit. Kartu sakti yang bisa membuat orang menjadi menderita karena tunggakkan bunga-nya yang gak make sense (bisa lebih dari 39.5% setahun!!) , padahal kalau saja kita pintar kartu kredit seharusnya merupakan suatu gaya hidup yang bisa membantu menuju kempanan finansial bukan justru sebaliknya membuat terjerat dalam hutang yang membuat perencanaan keuangan jauh dari tujuan hidup.
Hidup penuh pilihan, tentunya memilih keputusan dengan bijak bukan atas dasar "Gaya" atau "Gengsi" atau "Demi" dianggap mapan oleh lingkungan padahal kenyataan sebetulnya terbalik 180derajat. Banyak cara membuat diri kita bisa diterima oleh lingkungan, bukan hanya penilaian dari penampilan luar tapi cara pikir yang smart dalam meng-Goalkan tujan hidup yang sukses :)
Sebenernya kebanyakkan warga Jakarta adalah kelas menengah artinya punya hidup mapan (rumah,mobil dan bisa jalan jalan ke luar negri,bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari alias survive) tapiiii mereka pun punya kredit alias hutang, kredit atas KPR atau kredit mobil bahkan liburan ke luar negri mengandalkan KTA (kredit tanpa agunan) semua itu dijalankan atas dasar "Gaya" atau "Gengsi" ? mungkin rumah atau mobil adalah kebutuhan yaa bukan keinginan seperti hura hura jalan ke luar negri atau shopping great sale misalnya.
Banyak juga orang menghabiskan gaji (pendapatan mereka) hanya dalam 2 minggu didepan saja, setelahnya mereka menggunakan kartu kredit. Kartu sakti yang bisa membuat orang menjadi menderita karena tunggakkan bunga-nya yang gak make sense (bisa lebih dari 39.5% setahun!!) , padahal kalau saja kita pintar kartu kredit seharusnya merupakan suatu gaya hidup yang bisa membantu menuju kempanan finansial bukan justru sebaliknya membuat terjerat dalam hutang yang membuat perencanaan keuangan jauh dari tujuan hidup.
Hidup penuh pilihan, tentunya memilih keputusan dengan bijak bukan atas dasar "Gaya" atau "Gengsi" atau "Demi" dianggap mapan oleh lingkungan padahal kenyataan sebetulnya terbalik 180derajat. Banyak cara membuat diri kita bisa diterima oleh lingkungan, bukan hanya penilaian dari penampilan luar tapi cara pikir yang smart dalam meng-Goalkan tujan hidup yang sukses :)
No comments:
Post a Comment